
Good Manufacturing Practices adalah suatu pedoman cara memproduksi pangan yang baik dengan tujuan agar produsen menghasilkan produk yang bermutu sesuai tuntutan konsumen, yang berarti produk tersebut terjamin mutunya dan aman dikonsumsi. Ruang lingkup kegiatan Good Manufacturing Practice (GMP) meliputi : lokasi, bangunan, fasilitas sanitasi, mesin dan peralatan, bahan, pengawasan proses, produk akhir, laboratorium, karyawan, pengemas, label dan keterangan produk, penyimpanan, pemeliharaan dan program sanitasi, pengangkutan, dokumentasi dan pencatatan, pelatihan, penarikan produk dan pelaksanaan pedoman. Dan adapun menurut Christine (2016) mengatakan bahwa apabila semua pihak terkait memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang baik diharapkan terjadi peningkatan kegiatan pengawasan mutu dan keamanan pangan produk pertanian sehingga jumlah produk pertanian yang bermutu dan aman dikonsumsi akan semakin bertambah.
Disini saya akan menjelaskan ruang lingkup kegiatan Good Manufacturing Practice (GMP) mengenai penyimpanan. Aspek/Bagian CPPOB Penyimpanan bahan dan produk akhir dilakukan dengan baik agar tetap aman dan bermutu. Perhatikan cara penyimpanan; penyimpanan bahan dan produk akhir; penyimpanan bahan berbahaya; penyimpanan wadah dan pengemas; penyimpanan label; penyimpanan mesin/peralatan produksi. Dan juga area simpanan harus dengan kapasitas cukup untuk pengaturan bermacam-macam kategori produk dan material. Status label simpan harus terus diperiksa. Penyimpanan harus ditempat terpisah, bersih dan tidak menyentuh lantai & dinding, perhatikan suhu penyimpanan dingin agar suhu produk akhir tetap – 18ºC. dalam aspek penyimpanan berfungsi untuk menjaga kesegaran dan kerapian bahan baku maka bahan baku yang diterima dan simpan kedalam rak untuk bahan yang tidak mudah rusak seperti tepung, saus, minyak, bumbu, dan bahan lainnya disimpan pada rak-rak yang kering dan terhindar dari sinar matahari. Untuk bahan daging dan ikan yang telah diolah menjadi produk antara disimpan dalam freezer dengan suhu rendah -18°C− 20°C. dan untuk bahan sayur karena diolah langsung setelah dibeli maka sayur tersebut ditaruh di dekat tempat pengolahan sehingga tidak menutup jalan dan memudahkan untuk mengambilnya ketika diperlukan.
Disini ada contoh penyimpanan yang baik dan penyimpanan yang salah .
berikut contoh penyimpanan yang baik antara lain:
- Kemasan sekunder tidak diletakkan dilantai secara langsung, namun menggunakan palet kayu. Sehingga kardus tidak lembab.
- Bahan kemasan maupun produk yang dihasilkan diletakkan secara tertara dan rapih
Berikut contoh penyimpanan yang salah antara lain:
- Penyimpanan campur aduk, tidak ada sirkulasi,tidak tahu barang yang baru/lama.
- Tidak ada pembatas,risiko kontaminasi silang
- Bahan makanan disimpan camur dengan bahan kimia/pembersih, lap kotor
- Tidak ada label indikasi: nama material,merek, tanggal masuk& expired.
KESIMPULAN :
Berdasarkan artikel yang sudah dibuat dapat menarik kesimpulan bahwa cara produksi pangan olahan yang baik dalam aspek penyimpanan harus perhatikan penyimpanan dengan prinsip first in first out (FIFO) dan First expired First out (FEFO). Dan gunakan tempat atau wadah sesuai dengan bahan makanan dan sesuaikan suhu penyimpanan . dan area simpan harus dengan kapasitas cukup untuk pengaturan bermacam-macam kategori produk dan material.
REFERENSI :
- Christine, F., Mamuaji, MS. 2016. Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
- Website Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Cara Produksi pangan olahan yang baik. Kesehatan Yogyakarta.go.id
- Dinas kesehatan. sumbarprov.go.id. penerapan good manufacturing practice (GMP) sebagai strategi dalam peningkatan mutu dan keamanan produk olahan peternakan.
- Binaumk. Badan Standardisasi Nasional.go.id. Materi Master File.
PENULIS :
Delika Syalomita, Ira Puspawati