|

Fakta dibalik kontroversi penggunaan Paraben dalam kosmetik

Para-hydroxybenzoate, atau yang dikenal dengan paraben merupakan pengawet yang biasa digunakan dalam berbagai produk kosmetika seperti lotion, sampo, deodoran, sabun mandi, pelembab wajah, scrub, dan berbagai produk kecantikan lain. Jenis paraben yang biasa digunakan pada kosmetik adalah methylparaben, polyparaben, buthylparaben, dan ethylparaben. Namun belakangan ini beredar isu negatif tentang bahaya penggunaan paraben. Hal tersebut membuat banyak orang menghindari paraben dan berbondong-bondong beralih pada produk berlabel ‘paraben free’. Tapi, apakah benar paraben berbahaya bagi tubuh? 

Paraben dikabarkan berbahaya bagi tubuh karena dapat menyebabkan kanker. Kabar ini diawali dari ditemukan fakta bahwa paraben dapat bertindak seperti estrogen, yaitu hormon yang dikenal dapat menyebabkan penggandaan sel di payudara, baik sel normal maupun kanker (Byford et al., 2002).  Kemudian pada tahun 2004, peneliti asal Inggris bernama Philippa Darbre, ph.D menemukan adanya paraben pada tumor payudara.

Faktanya, Darbre dalam penelitiannya hanya mengungkapkan ditemukannya kandungan paraben pada tubuh penderita kanker, bukan menyebutkan paraben dapat memicu kanker. Penelitian ini bahkan dikritik karena tidak membandingkan kadar paraben dalam jaringan normal (Best Health., 2019). Journal of Applied Toxicology yang dipublikasikan tahun 2004 menyatakan bahwa tidak ada petunjuk signifikan yang berhasil membuktikan bahwa paraben menyebabkan atau mempengaruhi pembentukan sel kanker (Darbre et al., 2004). Selain itu, kecil kemungkinan paraben akan mengendap di dalam tubuh dan menyebabkan kanker, karena paraben akan dieksresikan melalui urin (Rahul et al., 2018).

Sejatinya paraben aman digunakan sebagai pengawet dalam produk kosmetik selama kadarnya tidak melebihi standar yang telah ditentukan. FDA menetapkan penggunaan paraben dalam sebuah produk dianggap aman pada produk kosmetik dengan kadar paraben hanya berkisar antara 0,01% hingga 0,3% saja. Sedangkan BPOM memperbolehkan paraben sebagai pengawet dengan kadar 0,14% jika dalam bentuk tunggal atau 0,8% jika dalam bentuk campuran (FDA., 2020; BPOM., 2019).

Daftar Pustaka

Byford, J.R., Shaw, L.E., Drew, M.G., Pope, G.S., Sauer, M.J., Darbre, P.D. Oestrogenic activity of parabens in MCF7 human breast cancer cells. J Steroid Biochem Mol Biol. 2002;80(1):49-60.

Best Health. What Are Parabens? And Are They Really That Bad?. 2019. https://www.besthealthmag.ca/article/parabens/ Diakses pada 13 Juni 2021.

Rahul, S.T., Mahesh, P.M., Chatap, V.K., Deshmukh, P.K., Patil, P.O. Safety and Toxicity Assessment of Parabens in Pharmaceutical and Food Products. Pharmacy Practice. 2018(3):2-4.

Darbre, P., Aljarrah, A., Miller, W., Coldham, N., Sauer, M., & Pope, G. Concentrations of parabens in human breast tumours. Journal Of Applied Toxicology. 2004;24(1), 5-13. 

FDA. Parabens in Cosmetics. 2020. https://www.fda.gov/cosmetics/cosmetic-ingredients/parabens-cosmetics Diakses pada 14 Juni 2021.

BPOM. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 23 Tahun 2019 Tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika. 2019. 

https://notifkos.pom.go.id Diakses pada 14 Juni 2021.

Tim Penulis :

Mikha Ayu Lia Ningsih, Mita Lianastuti, Qori Putri Suciyanti

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *