
Anjing merupakan salah satu hewan peliharaan yang telah mengalami domestikasi dari serigala. Domestikasi terhadap hewan liar pertama kali dilakukan terhadap srigala pada masa manusia hidup berkelompok dan nomaden. Pada masa ini, manusia melakukan perburuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan melakukan migrasi dengan membawa srigala yang telah didomestikasi. Definisi domestikasi menurut KBBI adalah penjinakkan hewan liar atau hewan buas agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.
Berdasarkan survey di lapangan yang dilakukan terhadap 1600 rumah tangga, diperoleh data bahwa 46,6% rumah tangga di Jakarta memiliki anjing sebagai hewan peliharaan (Maroef, 1989). Menurut data Direktorat Jendral Peternakan-Ditjennak (2013), hewan kesayangan yang paling banyak di peliharan sebagai bagian dari keluarga adalah anjing dan kucing. Ketika hewan peliharaan menjadi hewan kesayangan maka akan memperoleh perlakuan layaknya keluarga atau anak bagi pemiliknya termasuk kepada pola makannya hampir mengikuti pemiliknya.
Menurut data penelitian, pada saat terjadi pandemik COVID-19 pada tahun 2019-2021 terjadi peningkatan industri veteriner yang merupakan salah satu dari konsekuensi peningkatan jumlah rumah tangga yang memelihara hewan kesayangan. Manfaat memelihara hewan khususnya anjing dan kucing adalah penghilang stres, mengurangi kesepian, mendorong aktif bergerak, mengurangi resiko jantung, dan menciptakan rasa bahagia.
Secara umum, hewan dan pemiliknya yaitu manusia memiliki beberapa kesamaan dalam standar makanan yaitu sehat dan aman. Ada pendapat yang mengatakan anjing adalah hewan karnivora karena berdasarkan historinya domestikasi dari srigala yang merupakan karnivora. Beberapa ilmuwan dari University of California, menyimpulkan bahwa anjing adalah hewan yang cerdas dan dapat beradaptasi dengan segala hal, termasuk makanan. Bahkan ada kecenderungan bahwa hewan anjing memiliki alur evolusi dari karnivora menuju omnivora yang artinya dapat memakan segalanya, termasuk sayur-sayuran. Menurut pendapat pakar lainnya yang banyak bergelut dengan dunia veteriner yaitu Dr Jennifer Coates, anjing memiliki metabolisme dan pencernaan cukup unik, yaitu mampu mengubah asam amino dan mengikat protein ke bentuk lain. Asupan energi yang dibutuhkan oleh anjing umumnya diperoleh dari daging tetapi ketika sayuran yang dikonsumsinya sudah memenuhi kebutuhan protein tersebut maka anjing tidak memerlukan daging kembali.
Ketika berbicara anjing sebagai hewan omnivore, maka harus hati-hati terhadap coklat karena ini merupakan salah satu makanan yang toksik bagi anjing. Sementara produk mengandung coklat merupakan makanan yang hampir banyak ditemui dalam rumah tangga mulai dari coklat batang sebagai snack, cookies, sampai dengan susu coklat. Mengapa coklat menjadi berbahaya bagi anjing, karena adanya kandungan senyawa teobromine dan kafein didalamnya. Kandungan teobromin dan kafein dalam berbagai produk coklat sangat bervariasi. Semakin pekat coklat misal coklat bubuk atau dark cooking coklat maka semakin tinggi kadar teobromin dalam produk tersebut. Baking chocolate mengandung teobromin tertinggi yaitu sekitar 130-450 mg /ons dan coklat bubuk mengandung sekitar 400-740 mg/ons. Susu coklat mengandung teobromin sebesar 44-58 mg/ons lebih rendah dibandingkan dark cooking bars dan susu coklat.
Ketika anjing mengkonsumsi coklat, maka kandungan teobromin dan kafein yang terdapat didalamnya tidak dapat dimetabolisme oleh anjing. Kedua senyawa ini mudah diserap dari saluran pencernaan dan didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh selanjutnya dimetabolisme di hati kemudian diekskresikan via urin sebagai metabolitnya. Waktu paruh teobromin dan kafein pada anjing cukup panjang yaitu 17,5 jam dan 4,5 jam. Teobromin dan kafein mampu menghambat secara kompetitif reseptor adenosin seluler dan memberikan dampak terstimulasinya SSP, diuresis, dan takikardia. Selain itu kedua senyawa derivate xantin ini mampu meningkatkan kadar kalsium intraseluller sehingga dapat meningkatkan kekuatan dan kontraktilitas otot rangka dan jantung. Methylxanthines juga dapat bersaing untuk reseptor benzodiazepin dalam SSP dan menghambat fosfodiesterase, menghasilkan peningkatan kadar cyclic adenosine monophosphate (cyclic AMP). Methylxanthines juga dapat meningkatkan sirkulasi epinefrin dan norepinefrin.
Gejala keracunan pada anjing akan terjadi dalam waktu 6-12 jam setelah mengkonsumsi coklat dan dampak seberapa parahnya juga dipengaruhi juga oleh luas permukaan tubuh/berat missal anjing ras kecil/besar. Gejala klinis ketika anjing mengalami keracunan adalah muntah, diare, rasa haus berlebihan, panting, urinasi berlebih, dan denyut jantung meningkat. Pada kasus yang parah, gejala klinis keracunan sampai mengalami kejang, tremor, dan gagal jantung yang berdampak kegagalan sirkulasi sehingga berakibat penurunan suhu tubuh, kelesuan, kejang otot, kejang, dan koma yang pada akhirnya menimbulkan kematian. Upaya penangan terbaik pada kondisi keracunan adalah membawa ke dokter hewan yang selanjutnya dokter akan merangsang proses muntah dan terapi cairan. Dengan waktu paruh yang panjang, maka tubuh membutuhkan waktu lebih lama untuk memetabolisme, sehingga gejala keracunan dapat panjang berhari-hari.
Manajemen penanganan emergensi kasus keracunan coklat pada anjing yang dilakukan oleh dokter hewan adalah merangsang muntah, memberikan adsorben aktif, terapi cairan, dan pemberian sedasi apabila terjadi tremor dan seizur. Tetapi upaya pencegahan dan pengawasan produk coklat dengan penyimpanan yang baik menjadi point penting agar tidak terjadinya keracunan pada anjing akibat coklat agar hewan kesayangan kita tetap sehat.
Penulis :
Dr. apt. Rini Madyastuti Purwono, S.Si., M.Si – Dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University