
Penggunaan paracetamol atau acetaminophen untuk meredakan demam dan nyeri pada manusia sudah sangat umum ditemukan. Obat ini mudah ditemukan di apotek maupun retail dan dapat diperoleh tanpa resep dokter. Namun, penggunaan paracetamol yang relatif aman pada manusia sering menimbulkan mispersepsi di kalangan pemilik hewan. Banyak pemilik hewan yang mengira penggunaan paracetamol juga aman untuk meredakan demam dan nyeri pada kucing. Padahal, meskipun ada berbagai jenis obat manusia yang bisa dikonsumsi kucing (dengan dosis yang disesuaikan), hal ini tidak berlaku untuk semua jenis obat – termasuk paracetamol.
Paracetamol merupakan obat analgesik dan antipiretik yang termasuk ke dalam golongan antiradang nonsteroidal (non-steroidal anti inflamatory drugs/NSAID). Paracetamol bekerja dengan cara meningkatkan ambang batas rasa sakit dengan menghambat aktivitas enzim cyclooxygenase serta menurunkan efek pirogen dengan menghambat sintesis prostaglandin.
Metabolisme paracetamol di dalam tubuh manusia terjadi pada organ hati dan ginjal dalam 2 fase. Fase I merupakan fase oksidasi oleh sitokrom P450 dan fase II merupakan fase konjugasi untuk menurunkan toksisitas. Enzim yang berperan sebagai mediator konjugasi ini adalah glucoronyl transferase. Kucing secara alamiah tidak memiliki glucoronyl transferase dalam jumlah yang cukup. Hal inilah yang menyebabkan hasil oksidasi pada fase I, yaitu NAPQI (N-acetyl-para-benzoquinoneimine) yang bersifat toksik tidak dikonjugasi sehingga toksisitas tidak turun dan menyebabkan kucing mengalami keracunan.
Gejala yang dapat ditemukan pada kucing yang keracunan paracetamol antara lain methemoglobinuria yang ditandai dengan urin berwarna coklat pekat. Hal ini disebabkan oleh NAPQI yang dapat menyebabkan oksidasi besi pada sel darah merah sehingga menyebabkan hemoglobin berubah menjadi methemoglobin. Gejala lain yang dapat ditemukan berupa kepada yang membengkak akibat edema subkutan, tremor, hipersalivasi, dan takikardi.

Kucing yang mengalami keracunan paracetamol harus segera ditangani oleh dokter hewan. Meskipun sebetulnya tidak ada antidota khusus untuk keracunan paracetamol, penggunaan acetyl cystein dapat digunakan untuk terapi simptomatik awal. Selain itu, terapi simptomatis yang dapat dilakukan adalah induksi emesis, pemberian cairan infus, dan activated charcoal.
Apa yang harus pemilik lakukan jika kucingnya diduga demam? Tindakan pertama yang penting adalah memastikan bahwa kucing benar-benar mengalami demam dengan cara mengukur suhunya menggunakan termometer. Suhu tubuh normal kucing berkisar antara 37 hingga 39 derajat Celcius. Apabila lebih dari 39 derajat Celcius, artinya kucing mengalami demam. Jika terbukti demam, kucing sebaiknya dibawa ke dokter hewan untuk diperiksa lebih lanjut penyebab demam dan direkomendasikan terapi yang sesuai. Sangat tidak dianjurkan untuk memberikan obat tanpa arahan dokter hewan mengingat tidak semua obat manusia aman untuk kucing.
Referensi
Allen AL. 2003. The diagnosis of acetaminophen toxicosis in a cat. Canadian Veterinary Journal 44: 509-510.
Putri SN. 2022. Mengetahui penyebab, ciri, dan cara mengobati kucing demam [Internet]. [Klikdokter; https://www.klikdokter.com/info-sehat/kesehatan-umum/mengetahui-penyebab-ciri-dan-cara-mengobati-kucing-demam; diakses pada 2022 Okt 14].
Rajesh JB. Mahendran K, Bhanuprakash AG, Aishwarya L, Choudhary S, Dixit SK. 2017. International Journal of Livestock Research 7(2): 212-214.
Yanuartono, Nururrozi A, Indarjulianto S, Raharjo S, Purnamaningsih H, Haribowo N. 2020. Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis 10(1): 55-62.
Penulis :
Dr. apt. Bayu Febram Prasetyo, S.Si., M.Si – Dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University