Sumber gambar: tobasatu.com
Daun Salam (Syzygium polyanthum) merupakan salah satu tanaman yang secara luas digunakan sebagai salah satu bumbu masakan dan secara tradisional digunakan dalam tatalaksana diabetes di Indonesia (Agoes A., et al 2010). Analisis fitokimia menunjukkan bahwa di dalam daun salam terdapat kandungan minyak esensial, tanin, flavonoid dan terpenoid. Flavonoid yang terkandung di dalam daun salam merupakan salah satu golongan senyawa yang dapat menurunkan kadar glukosa darah (Widyawati PS, Budianta and FA Kusuma., et al 2014).
Diabetes merupakan salah satu penyakit yang meyebabkan kematian terbanyak ketiga setelah penyakit kanker dan kardiovakular pada penduduk dengan rentang usia 30-70 tahun. Diabetes Melitus (DM) terdiri dari 2 tipe yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2 yang mana DM tipe 2 ini adalah tipe yang paling sering ditemukan yaitu 90-95% dari semua kasus diabetes yang ada (Anonim., et al 2012).
Penelitian tentang potensi Daun Salam (Syzygium polyanthum) ini telah lama dan banyak dilakukan, baik pada hewan (uji in vivo) bahkan juga pada manusia (uji klinis). Penelitian yang dilakukan oleh Limawan pada tahun 1998 yang melakukan uji aktivitas infusa daun salam pada kadar glukosa kelinci, didapatkan hasil bahwa infus daun salam dengan dosis 175 mg/kg BB kelinci dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci. Lenolo dan Tachibana pada tahun 2013 juga melakukan preeliminari studi dengan menggunakan ekstrak infusa daun salam pada tikus jantan wistar. Hasil yang didapatkan terdapat penurunan kadar glukosa darah antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa daun salam memiliki potensi anti diabetik melalui jalur alfa glukosidase inhibitor (Lenolo RAA, Tachibana S., et al 2013). Kemudian, Pada tahun 2011, Aljamal melakukan penelitian terhadap 65 pasien Diabetes Mellitus tipe 2. Pasien tetap mengkonsumsi diet rutin dan obat anti DM secara rutin dengan suplementasi 2 gr bubuk daun salam selama 4 minggu. Hasil yang didapatkan adalah tarjadi penurunan kadar gula darah. Didalam daun salam terdapat senyawa polifenol yang memiliki efek pada sensitifitas insulin, uptake glukosa dan antioksidan sehingga diduga dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah (Aljamal A., et al 2011).
Hal ini telah dibuktikan dalam beberapa penelitian baik yang dilakukan secara in vivo, yaitu dengan menggunakan hewan percobaan, maupun penelitian langsung kepada manusia, dimana setelah diberikan ekstrak Daun Salam terjadi penurunan pada kadar gula darah secara signifikan.
Ekstrak daun salam berefek secara signifikan dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah. Oleh karena itu, mengingat tanaman ini banyak terdapat di Indonesia, maka tanaman ini sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai modalitas terapi obat herbal dalam pencegahan dan pengobatan diabetes melitus.
Cara pembuatan dan mengkonsumsi rebusan daun salam diberikan setiap hari dengan takaran 0,36/gram dalam 230 ml sampai menjadi 220 ml direbus selama 15 menit. Rebusan diberikan sehari sebanyak 1 kali di pagi hari sebelum makan, diberikan selama 6 hari berturut turut. Tempat untuk merebus daun salam adalah wadah yang terbuat dari tanah liat yaitu kwali. Tujuannya agar tidak terjadi reaksi kimiawi antara daun salam dan hasil ekstrasi tidak beracun, selama pemberian terapi rebusan daun salam di monitor porsi air rebusan yang dihabiskan dan dicatat segala keluhan yang dialami klien. Pengukuran dilaksanakan dengan mengukur kembali kadar glukosa darah puasa (GDP) dengan prosedur sama.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, World Health Statistic 2012: Cause-specific mortality and morbidity, WHO Library Cataloguing in Publication Data. 2012.
Agoes, A. Tanaman Obat Indonesia. Buku 2. Jakarta: Salemba Medika. 2010; 25-26.
Widyawati PS, Budianta, and FA Kusuma. Difference of Solvent Polarity to Phytochemical Content and Antioxidant Activity of Pluchea indica Less Leaves Extracts, International Journal of Pharma cognosy and Phytochemical Research.2014; 6(4): 850-5.
Aljamal A. Effect bay leaves on the patients with diabetes mellitus. Res J Med Plants. 2011; 5(4): 471-6.
Lelono RAA,Tachibana S. Preliminary studies of indonesian eugenia polyantha leaf extracts as inhibitors of key enzymes for type 2 diabetes. J.Med.Sci. 2013; 13(2): 103-10
Penulis : Assyfa., apt. Neni Sri Gunarti, M. Si.